Siapa yang tidak kenal dengan Sayyidina Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari? Penulis wahyu Allah pertama yang diperintah oleh kekasih kita Sayyidina Muhammad Saw. Penulis wahyu yang dipilih saat ia berumur 11 tahun. 11 tahun jika dibandingkan dengan sekarang, hanya ada anak-anak ingusan yang sibuk bermain gadget, atau bahkan mungkin sibuk menjadi vlogger demi terkenal. Ya.. mungkin kita memiliki potensi yang berbeda. tapi bila konteksnya sama, mungkin sulit untuk ditemukan. Dan.. tidak menutup kemungkinan, ada di zaman edan seperti ini anak anak tanggung, berumur belasan tahun berkarya atau menggunakan potensinya untuk memajukan, mensyiarkan Islam itu sendiri. Walaupun sewajarnya ia masih sekolah. Saya bilang, tidak menutup kemungkinan.
Begitu juga dengan Muhammad al-Fatih. Sang penakluk Konstantinopel. Menguasai, dengan keberaniannya saat berumur 20 tahun. Coba bayangkan, kita di umur 20 tahun. Apa yang sudah dilakukan? menangis karena cinta pada makhluk fana’? atau sibuk mencari pergaulan yang dianggap gaul dan terkenal di dunia? sibuk membicarakan hal-hal tidak berguna.
Tapi, tidak dengan Muhammad al Fatih, yang menangis karena Allah. Sibuk merebut kekuasaan bukan untuk kekayaan dunia. Tapi untuk mensyiarkan Islam.
Masih banyak sahabat sahabat kecil Rasulullah dan para tabi’in muda, yang bisa dijadikan panutan anak muda sekarang untuk menjadi penerus peradaban Madinah ala Rasulullah, di zaman sekarang. Mulailah peradaban itu dengan diri sendiri, dimulai dari membaca buku buku yang bermanfaat, terutama tentang Rasulullah, para sahabat, dan para ulama untuk membuka wawasan juga membesarkan kekerdilan pengetahuan otak kita.
Eyang Habibi berkata, memori otak manusia ini, kalau mau disetarakan dengan keliling bumi, dia bisa mengelilingi bumi dalam 7 kali keliling. Sangking hebatnya ciptaan Allah yang bernama otak dan seperangkatnya ini, yang tidak mungkin bisa kita ciptakan dan sering lupa untuk kita syukuri.
Setelah kamu membaca buku, amatilah sekitarmu, jadilah pengamat yang objektif, tawakuf dalam setiap permasalahan yang belum kamu ketahui haqqul-yaqinnya. Setelah itu, tulislah apa pendapatmu. Beranilah menulis, walau sebagian orang menganggap pendapatmu keliru atau salah, bahkan lucu! atau terlalu bermimpi. Toh, yang Mahabenar adalah Allah. Kita hanya berusaha mencari kebenaran itu sendiri.
Amatilah sekelilingmu yang mungkin sudah banyak kegiatan yang menjauhkan dari Allah dan Rasulullah, maka pikirkanlah bagaimana cara membuat mereka tetap senang melakukan kegiatan tersebut walaupun adanya tambahan sedikit dari ide kita untuk mereka semakin dekat pada Allah dan Rasulullah, lewat kegiatan itu. Jika dianalogikan, bisa kita analogikan dengan cara dakwah Wali Songo dahulu di Nusantara.
Setelah kamu mengamati apa yang terjadi di sekitarmu, lalu menulislah. Menulis adalah salah satu untuk mengabadikan sebuah peradaban. Menulis juga membuat dirimu hidup selamanya. Tulislah apa ide idemu untuk memperbaiki anak muda zaman sekarang. Tulislah rencana indahmu itu. Ingat, niat baik selalu Allah tulis walaupun belum terlaksana.hihi.
Siapa di sini yang tidak mengenal ulama’ tasawuf akhlaki, Imam Ghazali, atau yang bernama asli Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath Thusi asy-Syafi’i?
Atau dengan Syaikh Ibnu ‘Atho’illah penulis kitab al-Hikam? atau pensyarah kitab al Hikam ke dalam bahasa arab pegon, KH. Sholeh Darat?
Atau mungkin Ibnu Katsir yang memiliki salah satu kitab karyanya yang bernama Tafsir al-Quran al-Azhim. Dan masih banyak lagi.
Mereka—para ulama yang semoga disayangi oleh Allah Ta’ala—adalah yang telah membuktikan, bahwa dengan menulis, mereka dapat hidup selamanya. Hakikat hidup yang sebenarnya ialah bukan jasadmu yang bergerak, tapi jasamu dan apa yang sudah kamu perbuat di dunia ini, jejak bekas peradaban kecil dirimu di dunia ini, yang dapat menjadi patokan, apakah dirimu hidup selamanya atau tidak.
Adanya karangan mereka, maka nama nama mereka akan terus ada dalam dunia hingga kiamat. Lalu, tulislah hal-hal yang bermanfaat, jangan takut menulis, bahkan hanya memulai satu kalimat. Tulisanmu akan berkembang. Jelaskan tentang apa yang kamu alami hari ini, jika tidak dapat menjelaskan setiap detik hingga jam yang kamu lalui, maka cukup tuliskan momentum yang amat kamu kenang di hari itu. Tulislah hal-hal yang dapat mensyiarkan Islam. Yang dapat membuat semua manusia mencintai Islam, termasuk dalam mencintai Allah dan Rasulullah. Ini dakwah. Cara kita dengan tulisan.
Setelah kamu menulis, jangan tinggalkan tulisanmu, jangan anggap remeh hasil pemikiranmu. Jika kamu idealis, seperti saya. Maka jangan dipendam tulisan itu. Sebarluaskan! Ajukan pendapatmu, tunjukkan perhatianmu pada krisis generasi akhir zaman ini. Di antaranya: krisis akidah, krisis akhlak atau moral, krisis jati diri, bahkan krisis literasi. Semua berawal dari malas dan merasa tidak butuh, atau mungkin ikut ikutan. Kamu yang mana? jika malas, bunuh malasmu, lawan dia. Jika merasa tidak butuh, rendahkan hatimu. Ilmu Allah ada pada semua makhluk-Nya. Hidup maupun yang mati itu hanya dalam pandangan kita. Sedikit aku jabarkan, semua makhluk itu bertasbih memuji Allah, hanya saja, mereka punya cara masing masing. Yang pasti, untuk muslim muda, menulislah. Kalau kamu hanya ikut-ikutan tren atau zaman tanpa mengkritisinya lagi, berhentilah. Hanya jadi pengikut itu kurang asyik, jadilah pahlawan yang berusaha membuat perubahan.
Berorasilah dengan bijak dan sesuai syariat saat kamu menyebarkan tulisanmu. Tulislah kebaikan kebaikan dalam tulisanmu. Beri cinta dan kasih sayang di dalam tulisanmu. Maka yang membaca tidak akan marah padamu, namun mereka ingin menjadi lebih baik. Tidak akan tersinggung, tapi menunggu dirimu. Berilah doktrin doktrin positif dalam tulisanmu. Tegaskan dalam setiap kata yang perlu ditegaskan. Saat menulis, tulislah dengan cinta. Karena kamu sayang kepada saudaramu.
Jangan lupa pula, jadilah bagian daripada agen perubahan peradaban dunia ya sahabat. Walaupun hanya kecil usahamu, tapi yakinlah... Yang Allah lihat adalah besarnya hatimu dan keistiqomahanmu untuk Islam. Bukan kuantitas dari amalmu untuk Islam.
Sahabat, peradaban terbaik itu ada dalam masyarakat Madinah di zaman Rasulullah. Dimana kaum muslim dan musyrik diberi hak yang merata, tidak mendiskriminasi. Pengadaan kerjasama antara pendatang dan yang mukim oleh Rasululullah Saw. sang kekasih kita. Adanya pasar untuk perekonomian Islam yang semakin baik, ada pula masjid sebagai pusat kegiatan di Madinah—pada zaman Rasulullah.
Potensi anak muda Islam dalam peradaban sangat berpengaruh. Semakin dekatnya pemuda kepada Allah dan Rasulullah, maka semakin baik pula peradaban di dunia.
Semakin tinggi rasa taqwa anak muda terhadap Allah, maka semakin berani dan berjuanglah para pemuda untuk perdamaian dunia. Bahkan masyarakat sekitarnya.
Semakin tinggi rasa cinta anak muda Islam terhadap Rasulullah maka semakin dia berjuang agar dunia ini banyak berisi apa yang dicintai Rasulullah. Sunnah sunnahnya.
Satu lagi sahabat. Boleh kamu rajin membaca, bahkan membaca menjadi bagian hidupmu. Tapi, tetaplah berguru yang memiliki sanad sampai Rasulullah, maka hidupmu akan penuh dengan perubahan perubahan yang terarah.
Selamat membaca dan jangan lupa, bacaan utama adalah al-Quran. Jangan lupa baca Quran walau hanya satu ayat.
Iqro’ bi-smi robbikal-ladzii kholaq
Tertanda, Ailsa Digna Anjani
“Salah satu sikap heroik adalah kamu berani menulis dan membaca di lingkungan yang tidak tertarik dengan literasi."—Ailsa. –Hai Pahlawan Peradaban.
Komentar
Posting Komentar