Langsung ke konten utama

SINKRONISASI NIAT DAN PILIHAN TINDAKAN

Gambar: pinterest

Saya sering mendengar atau mungkin saya sendiri pelakunya, yang mengutarakan sebuah argumen, bagi saya lebih ke arah pembelaan, tidak tahu itu nafsu atau memang perkataan yang didasar dasarkan agar berpihak pada saya atau diri yang melakukannya.

"Yang penting niatnya..."

Tulisan ini saya tulis karena tiba tiba teringat akan pertanyaan teman seperkuliahan saya saat dulu ada presentasi di kelas, saya lupa mengenai siapa yang mempresentasikan materi pada saat itu.

Pertanyaannya seperti ini kira kira,
"Bagaimana menurut Anda tentang seseorang yang berkata 'yang penting niatnya?'."

Dan karena teringat pertanyaan itu, teringat pula ucapan guru saya yang baru saya kenal kira kira selama kurang lebih satu bulan ini. Semoga beliau menganggap saya muridnya.

"Orang yang Siddiq (benar) itu tidak suka cacian dari orang karena itu (mencaci) adalah (bentuk) maksiat kepada Allah."

Awalnya, saya mengira bahwa orang siddiq itu merasa senang saat tidak dicaci, karena guru saya berbicaranya sangat tertata, perlahan, hati-hati dan jelas, dan saya berpikir seperti itu saat beliau memberi jeda di dalam penjelasannya, yakni berhenti pada kalimat 'tidak suka cacian dari orang.'

Tapi tidak lama kemudian beliau mengatakan kelanjutan dari kalimat tersebut.

Dan penjelasan dari kalimat tersebut adalah bahwa orang yang Siddiq itu tidak suka orang lain mencacinya, sebab dikarenakan dirinya, orang lain justru tergelincir dalam perbuatan maksiat (mencaci maki merupakan salah satu perbuatan maksiat). Dalam arti lain, berarti orang Siddiq tersebut berlaku suatu hal yang di mana menjadikan dia sebuah perantara untuk orang lain berlaku maksiat, dengan cara mencaci maki dirinya.

Dalam urusan sinkronisasi niat dan pilihan perilaku, saya pikir ini bisa menjadi sebagai bahan renungan untuk kita semua.

Terkadang kita lebih mengutamakan, menyombongkan, membanggakan, mengungguli, menonjolkan, mempedulikan niat kita dan tidak peduli akan penilaian orang lain.

Peduli akan penilaian orang di sini bukan berarti kita berbuat karena makhluk, tapi bagaimana kita memilih perilaku atau tindakan, agar dengan perbuatan kita tersebut, minimal mengurangi cacian dari orang lain, karena mustahil bagi kita yang terbatas ini, untuk menutup mulut dan memberhentikan akal pikiran orang lain mengenai diri kita.

Dalam berbuat suatu hal, ada baiknya, bahkan sangat baik dan wajib bagi saya untuk berpikir berkali kali sampai mantap, sampai dirasa ini benar benar terbaik dan usaha semaksimal mungkin.

Bahkan walau dengan niat kita berdakwah, syiar, tapi jika cara yang dilakukan itu keliru, membuat mayoritas orang menilai jelek dan menyimpang, untuk saya, kita wajib mempertanggungjawabkannya atas sikap mereka karena kita yang terlalu gegabah dan 'seenaknya' 'seegoisnya' menonjolkan niat namun mengabaikan cara yang dilakukan.

Niat dan perilaku harusnya diseimbangkan.
Jangan egois sebelah
Jangan mau menang sendiri sendiri, tapi menangkanlah keduanya.
Keseimbangan itu perlu
Timpang sebelah adalah kerawanan

Cintailah semua makhluk
Sayangi semua makhluk

Ini nasihat bagi saya sendiri yang tentu bukan makhluk sempurna, dan semoga bisa menjadi nasihat bagi semua yang membacanya.

Wallahu a'lam

Jika ada kesalahan kata dan pemahaman, itu dari keterbatasan yang saya miliki, dan saya mohon ampun pada Allah
Jika itu benar itu semua dari Allah

Bismillah😊😊😊

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah dan selalu diberi Taufik untuk terus berada di jalanNya.

Aamiin yaa Rabbal-'alamiin

✍️ Ailsa Digna A

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Growth Mindset: Pengalaman Buruk di Masa Lalu sebagai Pupuk Penyubur di Masa Sekarang dan Masa Depan!

Bismillahirrahmanirrahim Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidina Muhammad. Assalamu’alaikum teman teman :D! Zudah lama rasanya saya tidak cerewet di laman blog heuheuheu --- Hidup ga selalu indah! Iya bener, hidup itu hampir setiap detik meliputi hal yang kita sukai atau hal yang tidak kita sukai. Setelah mendapatkan hal yang kita sukai, kemungkinan setelahnya kita mendapati hal yang tidak kita sukai. Atau sebaliknya, setelah mendapatkan hal yang tidak kita sukai, kemungkinan kita mendapatkan hal yang kita sukai. Dua-duanya membuat setiap detik hidup terasa lebih lama atau singkat. Seolah Allah lebih suka kita menderita dibanding kita tersenyum bahagia di dunia. Tapi, apa sih yang mau kita pertahankan di dunia, senyuman itu sementara, begitu juga kesedihan. Allah menciptakan semua makhlukNya bersifat come and go . Bukan untuk bertahan, menetap, apalagi kekal. Impossible . Keduanya sebenarnya menjadi sama sifatnya, menjadi sama rasanya, ketika kita ...

KOPI (Karangan Opini Pagi Ini) • Beribadahlah Sesuai dengan Kemampuan Dirimu

Jalan menuju Tuhan itu sebanyak napas manusia. -- Unknown Assalamu'alaikum semuanya! Dengan rendah hati, Ailsa izin share tulisan ya, semoga manfaat! ••• Dikatakan dalam kitab Maroqil Ubudiyah--karangan Syaikh Muhammad Nawawi al Jawi, yang merupakan syarh dari Kitab Bidayatul Hidayah karangan Imam Ghazali--bab Adab Di Antara Terbit Hingga Tergelincirnya Matahari , bahwa setelah terbitnya matahari, maka waktumu yang lebih dari itu ada empat keadaan : 1. Keadaan Pertama , yang paling utama adalah bila engkau gunakan waktumu untuk menuntut ilmu agama, bukan ilmu yang tidak berguna (ilmu sihir/nujum). ➡️ Orang alim menggunakan waktunya untuk mengajar dan mengarang.  ➡️ Jika engkau orang awam, maka kehadiranmu di majelis pengajian dan ilmu lebih baik dari pada membaca wirid² dan mengerjakan salat sunah. 📨 Dalam hadis Abi Dzaar Ra., disebutkan bahwa menghadiri majelis dzikr lebih utama dari pada salat 1000 rakaat dan menghadiri 1000 jenazah serta menjenguk 1000 orang sakit....

Nabi Muhammad Saw. Dipenjarakan

"Bagaimana bisa sebuah cahaya dipenjarakan? ia bergerak bebas memberikan cahaya di tempat yang gelap. Kalau pun dikurung dalam sebuah ruangan, maka cahaya itu akan keluar juga melalui celah-celah terkecil". - Penulis Nabi Muhammad Saw. pemimpin umat dunia dan akhirat, nabi yang diyakini oleh umat Islam, nabi yang akan memberi syafaat di akhirat kelak, nabi yang merupakan kekasih Allah Swt. Nabi Muhammad Saw. dan agama Islam adalah dua hal yang tidak dapat dielakkan, begitu juga Nabi Muhammad Saw. dengan kita, dunia dan segala sisi kehidupan. Tapi mengapa masih banyak yang memenjarakan nabi kita tersayang? Seolah olah ruang lingkup Nabi Saw. hanyalah masjid dan ibadah ibadah yang mahdhoh . Layakkah? Sosok yang sempurna itu ruang geraknya dibatasi? Bahkan di luar angkasa pun, di luar bumi ini, Nabi Muhammad Saw. tetap berlaku perilaku lahir dan batinnya untuk diterapkan. Padahal, Nabi Muhammad Saw. mengajarkan cara beribadah ritual yang diajarkan syariat, juga menga...