Langsung ke konten utama

Lintasan Pikiran, Tekun Berpikir, Rajin Belajar dan Sadar akan Pengamalan Ilmu

Dari zaman nabi Musa as. setiap manusia akan masuk 70 ribu lintasan berupa katapikiran dan lain lain.” –Ustadzah Firza Elis-

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi ta’ala wa barakaatuh.
Bismillahirrahmaanirrahim
Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad

Beberapa pekan ini, saya sering sekali memikirkan kalimat tersebut dan berusaha memahaminya. Asyik juga mendalami suatu hal sederhana hingga terbentuklah pohon tinggi menjulang dan banyak cabangnya. Tapi, ah... tidak sebanyak itu pikiran yang saya hasilkan.

Teman-teman, seberapa sering kalian memikirkan hal-hal begitu dalam, hingga bisa berbicara sendiri, seperti saya. Ehe. Maksud saya, memikirkan hal-hal sederhana untuk menjadikannya hal istimewa, di mana dia menjadi istimewa karena kita dapat mengambil hikmah dari hal yang sangat sederhana tersebut.

Seperti judul tulisan saya kali ini, Lintasan Pikiran, Tekun Berpikir, Rajin Belajar dan Sadar akan Pengamalan Ilmu, ada uneg-uneg pikiran yang akan saya muntahkan pada tulisan kali ini.

Teman-teman, pernahkan terlintas bagaimana seseorang bisa memiliki prinsip, konsep hidup, cara hidup, cara berpikir yang apik hingga kita terkagum-kagum, merasa kecil hati atau bahkan bahasa anak muda sekarang insecure?

Pasti pernah!

Bagi saya, prinsip hidup yang baik dan mendekati seimbang dikarenakan ilmu yang dimiliki seseorang tersebut dan pengolahannya terhadap lintasan lintasan yang ada dalam pikirannya. Ilmu tersebut, ia terapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak harus semua ilmu, bahkan yang saya maksud di sini, ilmu agama lebih utama. Patut dijelaskan, bahwa saya selalu menulis yang pasti membawa perihal agama di dalamnya. Bukan sok religius, tapi setiap orang itu memiliki latar belakang masing-masing tho? Sehingga latar belakang itu akan terlihat, terasa pada hal yang dia lakukan, seperti corak tulisan, kecondongan gaya menulis dan tema menulisnya, dan hal lain sebagainya.

Saya jadi ingat kutipan dalam buku Jalaluddin Rumi Sebuah Biografi karya Chindi Andriyani, sebagai berikut:

“Maka ketika dilakukan pembacaan terhadap suatu karya maupun pendapat seseorang, alangkah baiknya jika disertai dengan sejarah waktu yang mengikutinya, karena segala sesuatu tidaklah lepas dari ruang dan waktu yang melingkupinya.

Baiklah, kembali kepada tema kita kali ini.

Seseorang—baik dia manusia modern atau klasik—pastilah memiliki pola pikir sesuai dengan lingkungan tempat dia bertumbuh dan berkembang. Seorang yang hidup di perkotaan, dengan orang tua yang keras dan tegas, orang tua yang menanamkan kerja keras kepada anaknya, maka akan membuat pola pikir anak yang bekerja keras, tegas saat ia besar nanti. Berbeda dengan anak yang dididik dengan kelembutan, dimanjakan, atau selalu diberi apa pun yang diinginkannya tanpa pengecualian, pastilah terdidik menjadi anak yang manja dan berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah.

Tapi, tidak serta merta orang tua memiliki peran dalam perkembangan pola pikir si anak ini, lingkungan di mana anak itu hidup, kecondongan hatinya pada suatu lingkungan, teman terdekatnya, itu pasti sangat memengaruhi cara berpikirnya.

Kepada kita yang dewasa ini, yang mungkin juga telah menjalani hidup seperempat abad, pastilah akhirnya lambat laun, seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat, akan memiliki prinsip, pola pikir sendiri untuk kehidupannya pula. Prinsip, pola pikir itu tidak dapat dipungkiri dapat berubah ketika lingkungan yang kita pilih pun berbeda.

Pola pikir, prinsip tersebut terbentuk karena adanya ilmu yang kita miliki. Terutama Ilmu agama, sedangkan ilmu alat adalah menjadi salah satu jembatan, alat untuk kita dapat menerapkan ilmu agama tersebut. Ilmu agama yang menjadi dasar, akhirnya menjadi ruh dari ilmu alat tersebut. Menjadikan ilmu alat tersebut berfungsi dengan baik karena tujuannya untuk ilmu agama.

Nah, prinsip yang menjadikan ilmu agama sebagai dasar segala ilmu untuk mewujudkan kehidupan yang baik, inilah yang hasil dari proses tekun berpikir dan rajin belajar yang akhirnya dapat mengolah 70 ribu lintasan tersebut, agar dari lintasan-lintasan pikiran yang terlahirnya hal-hal yang baik, tidak kacau balau. By the way, kenapa harus ilmu agama?

Teman teman tahu tidak? Asal muasal kata agama?

Dalam bahasa sansekerta, Agama itu terdiri dari dua kata, yakni a dan gama, a memiliki makna tidak dan gama memiliki makna kacau. Jadi, secara eksplisit agama memiliki arti tidak kacau. Sedangkan dalam KBBI makna agama tidak jauh berbeda dari makna sebelumnya, yakni agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya. Mengatur tata memiliki makna agar tidak berantakan atau kacau.

Selanjutnya, apa pengaruh dari pengolahan lintasan pikiran melalui berpikir dan rajin belajar dengan kesadaran akan pengamalan ilmu?

Menurut saya, pengamalan ilmu itu adalah hasil dari mengolah lintasan lintasan pikiran melalui rajin belajar dan tekun berpikir. Kemudian, setelah menemukan jalan sesuai kadar ilmu yang dimilikinya, lintasan tersebut barulah menjadi sebuah perbuatan nyata.

Sederhana untuk contohnya, saya beri contoh,

Saya melihat suatu barang bagus di sebuah toko, dalam keadaaan ini, saya bukan penganut Islam yang taat, dalam kondisi itu pula saya sedang dalam keadaan keuangan yang pas-pas-an.

Nah, di saat seperti ini, akan ada banyak lintasan yang terpikir dalam akal kita, beberapa di antaranya:
1️⃣ Menabung untuk dapat membelinya.
2️⃣ Langsung membelinya dengan uang yang seadanya.
3️⃣ Mempertimbangkan rasa yang muncul sekadar keinginan belaka atau kebutuhan yang
harus dipenuhi. (dari pertimbangan ini akan mendapatkan keputusan)
4️⃣ Mencuri barang tersebut
5️⃣ Atau hal lain sebagainya

Pada contoh di atas, karena saya bukan penganut Islam yang taat, ada dua kemungkinan langkah yang saya ambil dugaan setelah mengolah lintasan-lintasan pikiran dengan ilmu yang ada. Pertama, saya langsung membelinya dengan uang seadanya (memaksakan kehendak), kedua saya mencuri barang tersebut karena ekonomi saya dengan pas-pas-an.

Ketika poin poin tersebut muncul, secara bersamaan pun, ilmu yang kita miliki juga sedang mengolah tindakan apa yang akan kita lakukan dari pengolahan ilmu terhadap lintasan yang ada. Jika kita berhasil mengambil langkah baik untuk hal yang kita lakukan, berarti kita memiliki ilmu yang cukup dan kesadaran akan salah dan betul, serta kesadaran akan pengamalan ilmu yang pernah dipelajari, misal: mencuri itu berdosa. Namun, jika kita akhirnya mengambil langkah yang buruk atau kurang baik, berarti ilmu tersebut belum sepenuhnya dapat kita terapkan atau bahkan ilmu tersebut belum kuat untuk melawan nafsu buruk yang ada dalam diri kita, akhirnya kita pun harus lebih banyak belajar lagi untuk mengontrol nafsu buruk tersebut dan belajar untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki sebelumnya.

Jika contoh di atas, saya adalah penganut agama yang baik, maka lintasan lintasan saya diolah kemudian akhirnya menghasilkan perbuatan yang baik pula.

Sebenarnya pembahasan kali ini cukup sederhana, namun jika dijadikan bahan pembicaraan cukup memberikan kita banyak ilmu baru yang kita belum tahu, atau menggali ilmu lama yang mungkin sempat terlupa dari memori ingatan kita selama belajar.

Sekarang kita bisa paham kan? Kenapa ada orang yang sangat apik hidupnya, teratur, tenang. Bisa kita beri penilaian bahwa dia memiliki ilmu yang cukup untuk mengatasi masalah hidupnya. Dia memiliki prinsip, cara yang telah dia olah dengan ilmu yang mumpuni untuk hidup dengan baik, seperti tanpa masalah.

Lintasan yang ada, ilmu yang ada, kualitas dan kuantitas tafakur yang kita miliki, pengamalan ilmu yang kita lakukan tentunya secara sadar atau tidak sadar akan memengaruhi pola pikir hingga pola hidup kita sehari hari. Maka dari itu, jangan berhenti untuk terus belajar dan bertafakur, teruslah menuntut ilmu, terutama ilmu agama yakni fikih, tauhid, tasawuf yang ketiganya saling bergandengan layaknya lingkaran, tiada sisi yang terpisah atau beda arah.

Kualitas dirimu terlihat dari apa yang kamu pelajari dan bagaimana kamu menerapkannya dalam kehidupanmu sehari hari. Selamat belajar dan selamat mengamalkan ilmu yang ada!

Perlu diingat bahwa ilmu Allah itu ada pada semua makhluk-Nya, setiap ilmu itu saling berpautan.

Wallahu a’lam bishowwab

Jika ada salah kata dan kekurangan itu dari saya, jika baik dan membuat semakin bertakwa itu dari Allah. πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi ta’ala wa barakaatuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Muhammad Saw. Dipenjarakan

"Bagaimana bisa sebuah cahaya dipenjarakan? ia bergerak bebas memberikan cahaya di tempat yang gelap. Kalau pun dikurung dalam sebuah ruangan, maka cahaya itu akan keluar juga melalui celah-celah terkecil". - Penulis Nabi Muhammad Saw. pemimpin umat dunia dan akhirat, nabi yang diyakini oleh umat Islam, nabi yang akan memberi syafaat di akhirat kelak, nabi yang merupakan kekasih Allah Swt. Nabi Muhammad Saw. dan agama Islam adalah dua hal yang tidak dapat dielakkan, begitu juga Nabi Muhammad Saw. dengan kita, dunia dan segala sisi kehidupan. Tapi mengapa masih banyak yang memenjarakan nabi kita tersayang? Seolah olah ruang lingkup Nabi Saw. hanyalah masjid dan ibadah ibadah yang mahdhoh . Layakkah? Sosok yang sempurna itu ruang geraknya dibatasi? Bahkan di luar angkasa pun, di luar bumi ini, Nabi Muhammad Saw. tetap berlaku perilaku lahir dan batinnya untuk diterapkan. Padahal, Nabi Muhammad Saw. mengajarkan cara beribadah ritual yang diajarkan syariat, juga menga...

Jalan-jalan Ala Rasulullah

"Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya..." (QS. Al-Isra' : 1) Assalamu'alaikum wa Rahmatullahi ta'ala wa barakaatuh, temen temen! Apapun yang membahas mengenai Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, itu selalu menyenangkan ya sahabat! Salah satunya adalah mengenai Isra' wal-Mi'raj Baginda kita ini. Guru saya pernah berkata, "Rasulullah itu, hendak engkau beberapa kali membahas yang sama tentang beliau, engkau akan selalu menemukan hal baru dan pelajaran baru dari dirinya." Mengenai potongan ayat di atas, ada hal unik yang dapat kita telaah temen temen. Salah satunya, Kalam Allah yang menyebutkan ' mahasuci'. Ada dua hikmah yang dapat kita ambil dari kata ' mahasuci' tersebut sahabat, Yang pertama, Allah Ta'ala menyatakan ke-Mahasuci-an asma-Nya dengan firman-Nya " Subhaana" , agar manusia mengakui kesucian-Nya, dari sifat-sifat yang tidak layak dan meyakini sifat-sifat ke-agungan-Nya yang ti...

Growth Mindset: Pengalaman Buruk di Masa Lalu sebagai Pupuk Penyubur di Masa Sekarang dan Masa Depan!

Bismillahirrahmanirrahim Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidina Muhammad. Assalamu’alaikum teman teman :D! Zudah lama rasanya saya tidak cerewet di laman blog heuheuheu --- Hidup ga selalu indah! Iya bener, hidup itu hampir setiap detik meliputi hal yang kita sukai atau hal yang tidak kita sukai. Setelah mendapatkan hal yang kita sukai, kemungkinan setelahnya kita mendapati hal yang tidak kita sukai. Atau sebaliknya, setelah mendapatkan hal yang tidak kita sukai, kemungkinan kita mendapatkan hal yang kita sukai. Dua-duanya membuat setiap detik hidup terasa lebih lama atau singkat. Seolah Allah lebih suka kita menderita dibanding kita tersenyum bahagia di dunia. Tapi, apa sih yang mau kita pertahankan di dunia, senyuman itu sementara, begitu juga kesedihan. Allah menciptakan semua makhlukNya bersifat come and go . Bukan untuk bertahan, menetap, apalagi kekal. Impossible . Keduanya sebenarnya menjadi sama sifatnya, menjadi sama rasanya, ketika kita ...