Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad
Assalamu’alaikum teman teman!
Kalian tahu? Saat seperti apa yang bisa membuat hatiku sesak sekaligus bahagia tak ketara?
Ketika aku menyadari bahwa aku membenci suatu hal, namun dalam satu raga ini, ada jiwa(ku) yang lain mengatakan padaku tentang kebenaran, bahwa hal yang kubenci itu ada pada diriku sendiri.
Ada lagi, ketika aku merasa tidak aman atau bahagia dengan kelebihan orang lain sekaligus sesak terburu buru ingin mencapai hal tersebut, kelebihan mereka adalah harapan yang ingin aku wujudkan pada diriku sendiri.
Dua jiwaku saling berbagi dalam satu raga.
“Hei! Lihat! Ailsa sedang bercermin! Cepat cepat! Tegur dia! Jangan sampai rusak hatinya!” sedikit cuplikan dari bisikan kedua jiwaku yang terkadang menertawakanku atau memberiku ‘puk-puk’ sayang ketika jatuh atau merasa jatuh, yang memberi pengertian saat air mata tak tertahan.
Yap!
Saya mau bilang, bahwa makhluk lain, orang lain adalah simbol simbol yang memberimu sebuah peringatan. Atau memberi arah padamu. Atau menjawab apa yang kamu cari selama ini.
Kamu harus sadar! Itu adalah cermin bagimu! Bukan hal yang harus dibenci atau ditakuti.
Di dunia ini, banyak hal yang masih tersembunyi, sehingga harus digali terus, harus dicari terus. Agar terlihat, agar sadar, agar terjadi transparansi di sini. Jangan takut akan mendapatkan keburukan, jangan
pula berharap lebih pada happy ending. Tidak usah berharap apa pun dengan dunia. Sedih itu sementara, bahagia itu sementara. Selama kita masih di dunia.
Tapi, saya bukan mengajak teman teman semua untuk hidup pesimis atau tanpa rasa heuheuheu...
Saya hanya mau bilang, kontrol ekspektasimu pada dunia. Karena, ditimpa oleh harapan sendiri itu sangat sakit. Sudah tahu kan rasanya? Tahu dong... masa ga...
•••
Harusnya, harusnya saya bersyukur ketika melihat kelebihan pada orang lain, akhirnya sedikit sedikit saya menemukan cara hidup yang baik, tinggal disesuaikan dengan orientasi yang saya miliki.
Harusnya, harusnya saya bersyukur ketika melihat kekurangan pada orang lain, bahkan walaupun rasa syukur itu bangkit setelah saya merasa dongkol dengan satu atau lebih manusia selama perjalanan mencari ‘aku yang sebenarnya’. Akhirnya, Allah memberitahu apa yang buruk dari diri ini dan Allah mendukung saya untuk mengubah itu.
Wajar sih, mata saya banyak melihat orang lain, bukan diri sendiri.
Saya rasa, Allah gemas dengan saya yang agak lemot ini 😁😁😁 heuheuheu...
“Ailsaaaaa lihat ini naahhhh lihat baik baik, oke rasuki ke dalam hatimu. Ambil seperti kamu menarik nafas, buang perlahan seraya paham. Oke! Kamu harus paham”. Saya jadi ingat dagelan sederhana yang lucu bagi saya.
Saya ada bakat bicara sendiri heuheuheu.... siapa yang lebih memahami kita selain diri kita. Sa? diri yang mana? Yang itu nahhh.... ya sudah kapan kapan saja. Kapan kapan kita jalan bareng (eh salah!)
Jadi teman teman, saya menulis kali ini dengan mode curhat yaa...
Ga usah sebelan (bahasa apa ini?! wkwk) sama orang-orang yang buat kamu sebal.
Karena ada dua kemungkinan (mungkin hehe), kenapa Allah hadirkan dia di hadapan hidupmu:
1. Allah mau kasih tahu salah satu keburukan yang kamu miliki dan kamu harus ubah itu, karena kamu tahu rasanya kalau orang menerima sifat burukmu itu.
2. Allah mau ajarkan kamu, memberi kamu simbol, tanda, arah bahwa... yang kayak begitu ga bagus yaa... hamba yang salih wa salihah :D
Pun pula, perihal kebaikan atau kelebihan yang kamu saksikan dari makhluk lain. Kalau senang dengan kebaikan orang, ga usah insecure. Allah sedang memberimu petunjuk bagaimana menjadi hamba yang baik :D
Untuk meraih kebaikan tersebut?
Ga usah buru-buru. Santai tapi pasti. Pelan tapi pasti. :D kita punya jalan, cara dan waktu masing masing :D
Apa itu insecure?! (halah sa.. wkwkwk)
Wes wes.. sing penting inget orientasinya apa. Harus Allah dan Rasulullah :D.
Jangan lupa, sadar diri saja lah heuheu...
Wallahu ‘alam bisshowwab
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi ta’ala wa barakatuh
Maa syaa Allah mba ailss, syukron ya mba atas tulisannya! sangat menginspirasi <3
BalasHapusSama sama adeeelll🤗🤗
HapusKita itu dah tahu rumus dunia, kenapa seringkali merasa gagal? 😌
BalasHapus