Langsung ke konten utama

Muslim Sebelah Mata

Oleh: Ailsa Digna A

Tulisan saya sebenarnya tidak jauh jauh dari akhlak. Pembahasan akhlak adalah pembahasan yang harus dikaji lebih mendalam lagi menurut saya--dan saya yakin beberapa orang juga berkata seperti ini.

Siapapun yang beragama Islam. Mengakui keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. Maka dia adalah seorang muslim. Kita sangat dilarang untuk mengatakan seseorang itu kafir, jika orang/kelompok tersebut masih shalat, tidak menduakan Allah, dan tidak mendustakan kenabian Nabi Muhammad Saw. Semoga Allah menjadikan kita sebagai umat yang diberi syafaat oleh Nabi Muhammad Saw.

Salah satu kejadian yang marak, ya ini.. saling menyesatkan, tapi kita kesampingkan dulu.

Sahabat, kali ini saya akan membicarakan mengenai betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim, memakai kedua mata kita untuk dapat melihat muslim lainnya yang mungkin tidak seperti kita. Dalam arti lain, mereka memakai jilbab hanya memakai jilbab, tapi belum tahu tuntunan yang sempurna dalam memakai jilbab itu seperti apa. Mereka shalat hanya shalat, tapi belum tahu ilmu ilmu shalat itu sendiri, sehingga menimbulkan banyak cacat dalam aspek ibadah mereka kepada Allah dan berpengaruh pada ibadah sosial mereka, yakni kepada sesama manusia.

Bukan hal mudah untuk memberikan pengarahan kepada mereka mereka yang sudah belajar agama, untuk lebih mendidik hati mereka. Saya sedikit sedih jika ada seseorang yang belajar agama, namun tiba tiba ketika melihat saudaranya berbuat tidak sesuai syariat, langsunglah ia berkata--dalam hati maupun lisan--bahwa orang itu tidak tahu seperti pengetahuan dirinya.

Kenapa tulisan ini saya beri judul muslim Sebelah mata?
Bukan, bukan karena saya mengatakan ada muslim yang matanya cuma sebelah. Tapi saya mengatakan ada muslim yang akhlaknya, bagaikan sebelah mata. Dia memicingkan matanya, menganggap remeh mereka mereka yang tidak pernah duduk di kajian ilmu dan lain lain.

Sahabat, adakah kalian sedih melihat mereka yang tidak tahu itu? Seharusnya kita sedih melihat ketidaktahuan mereka. Alangkah banyak yang hanya memiliki label muslim, namun di dalam dirinya belum muslim sepenuhnya.

Saya jadi teringat ucapan seorang alim ulama yang amat saya idolakan--walaupun raga beliau sudah tidak ada di dunia. Beliaulah As Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani, ulama dari Makkah Al Mukarromah. Salah satu pesan beliau yang juga saya ingat adalah "Saya lebih menyukai seorang murid yang sedikit ilmunya tapi beradab dibandingkan yang banyak ilmunya namun tidak beradab." Kurang lebih seperti itu.

Ada pula Kalam ulama yang berbunyi, "Jadikanlah Ilmu seperti garam, dan Akhlakmu seperti tepung."

Bayangkan jika garam lebih banyak dibanding tepung. Apa yang kamu rasakan? Asin. Mau? memakan garam dua sendok dengan tepung yang hanya beberapa butir? Atau sesendoklah tepungnya saya beri.

Siapa yang mau memakan adonan se-asin itu?
Siapa yang mau mendengarkan seorang yang sibuk menghujat dengan membanggakan ilmunya?

Akhlak atau adab adalah yang pertama kali manusia lihat pada manusia lainnya.
Siapa yang tidak tersakiti dengan kesombongan seorang penuntut ilmu? Bahkan yang mereka lihat, dia yang memiliki ilmu, sama sekali tidak pantas memiliki ilmu.

Itulah mengapa para ulama kita sangat mengajarkan adab. Itulah mengapa para ulama dan guru guru di pondok mendidik santri dengan kitab ta'limul-muta'alim terlebih dahulu. Dan saya harap pelajaran kitab ini ada pada kurikulum sekolah non-pondok di zaman edan seperti ini.

Setinggi apapun ilmumu. Jika menyakiti seseorang percuma saja ilmu itu.
Namun sahabat, sesedikit apapun ilmumu, tapi Akhlakmu pada saudaramu menyenangkan hati mereka, maka engkau adalah juga yang disayang oleh semesta dan Pencipta.

Yakinlah, orang yang sombong adalah bagaikan ia berdiri di atas gunung. Ia melihat manusia lain kecil. Padahal, orang lain yang di bawah juga melihat dia adalah kecil.

Sahabat.. akhlakmu adalah wewangian yang engkau tebarkan pada lingkungan sekitarmu.

Semakin tinggi akhlak. Semakin harum yang engkau sebarkan. Semua orang, hanya dengan melihatmu saja sudah merasakan harumnya dirimu.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا


” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [ Al Ahzab ayat 21 ]

Sahabat.. satu pesan lagi dariku.

Tirulah akhlak nabi Muhammad.

Jika engkau tak tahu bagaimana akhlak nabi Muhammad

Tirulah akhlak guru guru kita, para ulama dan para auliya' Allah❤️

Shollu 'alan-nabiy Muhammad!
Allahumma sholli wa salim wa barik alayh🤗❤️

Dari aku yang mencintai kalian karena Allah dan Rasulullah.

Semoga kita dipertemukan di tempat yang mulia dan bersama sosok yang mulia pula, yakni Sayyidina Muhammad.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nabi Muhammad Saw. Dipenjarakan

"Bagaimana bisa sebuah cahaya dipenjarakan? ia bergerak bebas memberikan cahaya di tempat yang gelap. Kalau pun dikurung dalam sebuah ruangan, maka cahaya itu akan keluar juga melalui celah-celah terkecil". - Penulis Nabi Muhammad Saw. pemimpin umat dunia dan akhirat, nabi yang diyakini oleh umat Islam, nabi yang akan memberi syafaat di akhirat kelak, nabi yang merupakan kekasih Allah Swt. Nabi Muhammad Saw. dan agama Islam adalah dua hal yang tidak dapat dielakkan, begitu juga Nabi Muhammad Saw. dengan kita, dunia dan segala sisi kehidupan. Tapi mengapa masih banyak yang memenjarakan nabi kita tersayang? Seolah olah ruang lingkup Nabi Saw. hanyalah masjid dan ibadah ibadah yang mahdhoh . Layakkah? Sosok yang sempurna itu ruang geraknya dibatasi? Bahkan di luar angkasa pun, di luar bumi ini, Nabi Muhammad Saw. tetap berlaku perilaku lahir dan batinnya untuk diterapkan. Padahal, Nabi Muhammad Saw. mengajarkan cara beribadah ritual yang diajarkan syariat, juga menga...

Growth Mindset: Pengalaman Buruk di Masa Lalu sebagai Pupuk Penyubur di Masa Sekarang dan Masa Depan!

Bismillahirrahmanirrahim Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidina Muhammad. Assalamu’alaikum teman teman :D! Zudah lama rasanya saya tidak cerewet di laman blog heuheuheu --- Hidup ga selalu indah! Iya bener, hidup itu hampir setiap detik meliputi hal yang kita sukai atau hal yang tidak kita sukai. Setelah mendapatkan hal yang kita sukai, kemungkinan setelahnya kita mendapati hal yang tidak kita sukai. Atau sebaliknya, setelah mendapatkan hal yang tidak kita sukai, kemungkinan kita mendapatkan hal yang kita sukai. Dua-duanya membuat setiap detik hidup terasa lebih lama atau singkat. Seolah Allah lebih suka kita menderita dibanding kita tersenyum bahagia di dunia. Tapi, apa sih yang mau kita pertahankan di dunia, senyuman itu sementara, begitu juga kesedihan. Allah menciptakan semua makhlukNya bersifat come and go . Bukan untuk bertahan, menetap, apalagi kekal. Impossible . Keduanya sebenarnya menjadi sama sifatnya, menjadi sama rasanya, ketika kita ...

Pelecehan Seksual, Salah Siapa?

Bismillahirrahmaanirraahim Allahumma sholli'alaa sayyidinaa Muhammad wa'alaa aali sayyidina Muhammad Sejujurnya saya bukan orang yang suka main salah-salahan. Dan metode salah-salahan bagi saya bukanlah menjadi salah satu metode yang saya pilih untuk penyelesaian masalah. Tapi agaknya masyarakat sekarang lebih banyak memilih metode salah-salahan dibanding instropeksi diri atas kejadian yang menimpa mereka. Bukan, saya di sini bukannya tidak menghargai mental para korban kekerasan atau pelecehan seksual yang kasusnya mungkin 90 persen atau lebih korbannya adalah perempuan. Baik perempuan itu masih di bawah umur, remaja, remaja akhir, dewasa, atau bahkan seorang wanita yang telah menikah. Tapi, di sini saya hendak mengajak kawan kawan berpikir lebih jernih dan melihat secara luas, seluas-luasnya, walaupun mungkin tulisan saya tidak seluas itu. Saya tidak akan membahas kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak, tapi di sini saya hendak mengangkat kejadian nyata kasus pelecehan se...